Berjalan Mundur untuk Maju







Waktu akan terus berjalan dan bumi terus berputar. Dalam kondisi apapun seseorang, kondisi dunia akan tetap berjalan dan berubah, mau atau tidak mau dan siap atau tidak siap. Walaupun begitu, bukan berarti dalam hidup, seseorang harus terus menerus berjalan dan bergerak maju. Dalam kehidupan, seseorang akan dihadapkan dengan berbagai situasi dan kondisi yang menuntut seseorang untuk belajar beradaptasi atau bahkan beradaptasi dengan cepat.

Berdaptasi tidak selalu berusaha melangkah maju seperti waktu. Ada saatnya seseorang perlu untuk terus berusaha melangkah, namun ada saatnya diam dan beristirahat terlebih dahulu, dan ada saaatnya seseorang untuk melangkah mundur (terlebih dahulu).

Terkadang hidup suka mengajak “bercanda”. Kita tidak selalu mendapatkan yang kita inginkan, bahkan ketika sudah berusaha sekalipun. Tidak sedikit kejadian dalam hidup yang mengesalkan dan membuat “gemas” karena kita dihadapkan pada situasi yang hampir terjadi atau kita hampir mendapatkan yang diinginkan, namun tidak tercapai. Kondisi tersebut seperti seorang akuntan yang sedang membuat laporan keuangan namun hasil akhirnya tidak balance dan hanya berbeda 500 rupiah. Ketika mendapati laporan yang tidak balance dan hanya berbeda sedikit, rasanya akan mengesalkan karena tinggal sedikit lagi menjadi balance, dan kalau bisa mungkin rasanya ingin langsung menambahi 500 rupiah agar langsung balance sehingga pekerjaan segera selesai. Akan tetapi, agar laporan keuangannya baik, maka akuntan tersebut harus mengecek dan/atau menghitung ulang untuk dapat mengetahui bagian yang salah dan memperbaiki laporan keuangannya.

Begitu juga dalam hidup, terkadang kita dihadapkan pada situasi hampir tercapai, namun tidak tercapai. Ketika menghadapi situasi tersebut, terkadang kita juga perlu melakukan seperti yang dilakukan oleh akuntan tersebut, yaitu mencoba untuk mengecek ulang dan/atau menghitung ulang. Pada saat menghadapi situasi yang sedang mandek atau membuat stuck, terkadang kita perlu melangkah mundur untuk mencari masalahnya atau untuk mencari jalan yang lain. Jika kita terus menerus memaksa melangkah maju maka mungkin kita hanya membuang tenaga atau energi, tapi tidak akan mengubah situasi apapun. Sama halnya seperti seorang akuntan seperti contoh tadi, akuntan tersebut perlu mengecek berbagai bagian agar dapat menemukan bagian yang salah dan membetulkan laporan tersebut. Jika akuntan tersebut terus menerus menghitung atau mengecek di bagian yang sama, maka mungkin tidak akan menemukan bagian yang salah dan laporan tersebut tetap tidak balance.

Terus menerus memaksakan kehendak atau situasi tanpa berpikir atau melihat secara gambaran besar, terkadang membuat seseorang menjadi bias atau mempunyai pandangan sendiri padahal belum tentu tidak benar. Hal tersebut juga dapat membuat seseorang menjadi cenderung terobsesi dan tidak mau melepaskan, khususnya dalam suatu hubungan. Tidak semua orang yang sudah putus dengan pasangannya dapat menerima hal tersebut dengan baik. Ada beberapa orang yang terkadang masih terus mengejar bahkan ketika pasangannya sudah memutuskan semua kontak sekalipun. Tidak sedikit orang juga yang akhirnya melakukan hal-hal yang dapat membahayakan pasangan (tindak kriminal) agar pasangan tersebut mau balik lagi atau sebagai bentuk marah karena tidak ditanggapi dengan baik oleh pasangan. Tidak sedikit yang merasa bahwa sikap obsesi tersebut merupakan bentuk cinta atau sayang terhadap pasangan, sehingga mereka tidak merasa salah. 

Pada saat dihadapkan pada situasi yang cenderung jalan buntu, mandek, atau membuat stuck, seseorang cenderung berusaha menyelesaikan dengan pandangan atau persepsi mereka sendiri, padahal mungkin pandangan atau persepsi tersebut kurang sesuai dan justru yang membuat mereka stuck dan tidak bisa berpikir jernih. Oleh karena itu, terkadang kita perlu berjalan mundur terlebih dulu agar dapat mencari tahu masalahnya serta jalan yang lebih baik. Berjalan mundur dapat membuat kita melihat dengan cara atau persepsi yang berbeda. 

Jika kita masih tidak yakin atau tidak menemukan jalannya, maka kita dapat mencari second opinion atau mencari tahu opini yang lain. Kita dapat bertanya kepada orang yang menurut kita lebih ahli atau orang-orang terdekat kita, sehingga dapat membantu memberikan gambaran yang lebih besar atau bisa mendapatkan masukan-masukan yang berguna dan mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Ketika bingung memutuskan sesuatu, kita juga dapat beristirahat atau menghentikan kegiatannya sejenak. Hal tersebut dapat membuat tubuh dan pikiran beristirahat sejenak, sehingga dapat berpikir lebih jernih dan baik. Berdoa juga dapat membantu untuk menenangkan diri dan mengambil keputusan. Selamat mencoba:) 


Comments

Popular posts from this blog

Beranikah Kamu Untuk Bermimpi?

Keluar dari Rasa Nyaman dan Mencoba Ketidakpastian

Waktu