Posts

Showing posts from October, 2016

Beriman, Mudah untuk Diucapkan tetapi Sulit untuk Benar-Benar Dilakukan

Mendengar kata beriman, mungkin banyak orang yang mengkaitkannya dengan kata percaya. Percaya bahwa sesuatu (yang kita harapkan) akan terjadi, tetapi sebenarnya beriman bukan hanya sekedar percaya. Beriman berhubungan dengan sabar, setia, dan percaya. Seseorang biasanya lebih mudah mengucapkan atau menyarankan untuk beriman tetapi sulit untuk benar-benar bisa melakukannya, karena beriman bukan hanya sekedar percaya sesuatu yang biasa-biasa saja untuk terjadi tetapi mempercayai sesuatu yang sulit atau bahkan tidak mungkin terjadi untuk terjadi. Oleh karena itu,   biasanya membutuhkan kesetiaan dan kesabaran (yang luar biasa). Ketika mengharapkan sesuatu yang besar, terutama yang kemungkinan terjadinya kecil, biasanya banyak sekali hambatan atau kesulitan yang dihadapi, misalnya banyak orang yang (terutama orang-orang yang terdekat) mengatakan untuk menyerah. Sebenarnya maksud mereka baik yaitu untuk membuat kita tidak terlalu berharap sehingga ketika tidak benar-benar terjadi tidak aka

This Too Shall Pass

  “This too shall pass” merupakan salah satu quotes kesukaanku. Quotes ini merupakan quotes yang simple tetapi mengandung arti yang mendalam, yakni segala sesuatu, suatu saat pasti akan berlalu.   Kata-kata ini mengingatkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Setiap hal pasti punya waktunya sendiri dan jika sudah waktunya, setiap hal pasti akan berlalu dengan sendirinya. Kita sebenarnya dapat belajar dan menjadikan kata-kata ini sebagai pegangan hidup karena dapat memberikan penguatan atau motivasi, sekaligus dapat menjadi pengingat. Ketika kita sedang dalam masa kelam atau masa sedih, kita terkadang terlalu larut akan kekelaman atau kesedihan itu. Kita suka lupa bahwa segala sesuatu ada waktunya. Tidak menutup kemungkinan kita dapat merasa bahwa kekelaman atau kesedihan yang dialami akan sulit untuk berlalu atau mungkin akan dirasakan seumur hidup. Kata-kata ini ingin memberikan penguatan sekaligus mengingatkan kita untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan, karena pada

Memantaskan Diri Tidak Hanya untuk Para Single

Banyak orang yang mengatakan bahwa masa single atau jomblo merupakan masa memantaskan diri. Banyak yang mengatakan bahwa seseorang seharusnya berusaha semakin memantaskan diri sambil (ketika) menunggu bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat, tetapi sebenarnya memantaskan diri tidak harus sewaktu single , memantaskan diri seharusnya dilakukan seumur hidup, termasuk pada saat sudah mempunyai pasangan atau menikah. Misalnya, ketika berpacaran seseorang seharusnya memantaskan diri supaya bisa menjadi pacar yang semakin baik atau sebagai persiapan untuk menjadi suami atau istri yang baik. Ketika menikah seseorang juga seharusnya semakin memantaskan diri menjadi istri yang semakin baik atau kelak menjadi orang tua yang baik. Hanya saja memantaskan diri ketika single dengan memantaskan diri ketika sudah berpasangan sedikit berbeda. Ketika single kita lebih bertanggung jawab pada diri kita sendiri, proses memantaskan diri juga sesuai dengan pilihan atau keinginan kita sendiri. Tuju

Don't take something for granted

Minggu lalu, saya merasa bahwa hari saya berjalan seperti biasanya, tidak ada hal yang spesial dari hari-hari tersebut. Saya hanya menjalani rutinitas pada umumnya dengan terus memikirkan hal apa yang dapat saya lakukan untuk mengisi hari saya supaya lebih berwarna. Akan tetapi, beberapa hari ini sedikit berbeda dengan hari-hari yang berjalan minggu lalu. Beberapa hari yang lalu AC mobil saya tiba-tiba tidak menyala, sehingga saya harus membawa mobil ke bengkel untuk diperbaiki. Dua hari yang lalu, saya baru mengambil kembali mobil saya tersebut. Beberapa saat sebelum saya ke bengkel, tiba-tiba hujan deras turun.  Dalam perjalanan saya ke bengkel hingga perjalanan pulang ke rumah, hujan masih terus menerus turun dengan derasnya, sehingga jalanan menjadi banjir dan macet. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih setengah jam, menjadi satu setengah jam. Saat itu, saya menyetir sambil terus berdoa agar saya dapat pulang dengan selamat, hujan bisa berhenti, jalan

Pada dasarnya, kita adalah kita

Kita sering sekali mendengar banyak orang yang mengomentari kehidupan orang lain. Ketika sedang berkumpul bersama teman-teman, di berita atau di internet, saya hampir dengan mudahnya menemukan artikel atau mendengarkan pembicaraan orang lain berpendapat mengenai kehidupan orang lain. Ada orang yang cenderung menjelekkan orang lain, membicarakan aib orang lain, atau justru memuji dan mengagumi orang lain. Salah satu pembicaraan yang sering saya dengar adalah orang yang cenderung iri dengan kehidupan orang lain. Ada orang-orang yang menunjukkan secara terang-terangan bahwa mereka iri dengan mengucapkan kata-kata seperti; “Aku iri banget sama si A, dia bisa menikah sama laki-laki yang sempurna banget” atau “Aku iri deh sama dia, aku pingin banget punya kehidupan kaya dia”, dsb. Ada juga orang yang tidak mengatakan secara langsung bahwa mereka iri, tetapi dari kata-kata yang diucapkannya mengandung arti tersirat bahwa mereka iri, seperti; “Enak ya jadi dia, punya karir yang bagus, badan y